Muslimah Dalam Kabinet Perancis

Demam Islamophobia tengah memanas di Perancis menyusul sejumlah teror yang terjadi di sana. Muncul gerakan pelarangan terhadap komunitas Muslim oleh sejumlah kelompok di Perancis.

Di tengah riuhnya kecaman terhadap Muslim, rakyat Perancis seperti melupakan satu hal. Di dalam kabinet mereka, di bawah kepemimpinan Presiden Francois Hollande, terselip nama Najat Vallaud-Belkacem, yang merupakan seorang Muslimah

Najat yang kini berusia 36 tahun bahkan mendapat julukan sebagai 'Wajah Baru Perancis'. Ini lantaran selain sebagai Muslimah, Najat merupakan wanita pertama sekaligus termuda di jajaran menteri kabinet Hollande.

Najat lahir di sebuah desa di Maroko. Dia menghabiskan masa kecil bersama ibunya sebagai penggembala kambing. Sementara ayahnya tinggal di Perancis lantaran harus bekerja sebagai buruh bangunan.

Saat berusia empat tahun, sang ibu mengajak Najat pergi ke Perancis untuk hidup bersama sang ayah. Mereka tinggal di pemukiman miskin di pinggiran kota Amiens di Somme, 120 kilometer di utara Paris.

Lantaran dianggap imigran, orangtua Najat tidak memiliki hak memilih maupun bicara politik. Najat sendiri baru mendapat status kewarganegaraan Perancis saat berusia 18 tahun.

Meski begitu, Najat tumbuh di lingkungan pendidikan yang cukup baik. Dia lalu meraih beasiswa kuliah di Institut Ilmu Politik Perancis dan bekerja sebagai ahli hukum.

Keputusan besar dia ambil pada 2002 untuk terjun ke dunia politik. Di tahun itu, Politikus Sayap Kanan Jean-Marie Le Pen membuat kejutan lantaran masuk dalam putaran akhir pemilihan presiden.
Kemenangan Le Pen membuat Najat kurang senang dan akhirnya memutuskan bergabung dengan Partai Sosialis. Penyebabnya, Le Pen terlalu sering menggunakan isu-isu SARA dalam setiap kampanyenya.

Di Partai Sosialis, Najat berjuang keras bersama Walikota Lyon Gerard Collomb pada 2003 mewujudkan demokrasi lokal dan melawan segala bentuk diskriminasi. Selain itu, dia juga berjuang mewujudkan hak warga negara mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal.

Namun demikian, dia sempat diserang dengan isu kewarganeraan ganda. Isu tersebut segera ditepisnya dengan menyebut dia menghabiskan waktu demi Perancis.

"Selama 10 tahun saya benar-benar terlibat melayani publik. Saya merasa seorang Perancis sepenuhnya. Saya tidak merasa setengah Perancis karena kewarganegaraan ganda saya. Bagi saya, kewarganegaraan ganda hanya berarti saya tidak ingin melupakan asal saya," kata Najat.

Karir politik Najat berjalan cukup mulus, meski terkadang dia kerap mendapat serangan dari pihak oposisi. Dia kemudian diberi kesempatan oleh Presiden Hollande untuk membantu sebagai Menteri Pendidikan pada 2012 hingga saat ini.
Pelbagai sumber

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Muslimah Dalam Kabinet Perancis"

Post a Comment