Seorang Hijaber Menjadi Orang Penting di Gedung Putih

Rumana Ahmed. Perempuan ini memanggil diri sebagai seorang hijaber. Karena dalam hidup sehari-hari dia memang mengenakan kerudung di kepala.

Tampilan perempuan ini sungguh sederhana. Namun, di balik semua itu, Rumana adalah wanita hebat. Dia penasihat Ben Rhodes, Wakil Penasihat Keamanan Nasional Presiden Barack Obama.
Sejumlah orang Muslim memang berada pada posisi penting di negeri Paman Sam itu. Di antara mereka mengurusi masalah penting, dan juga informasi rahasia.

Sementara, sebagian Muslim lainnya berkontribusi dalam bidang legislatif, imigrasi, serta departemen ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rumana adalah perempuan muda, penuh energi. Dia paling senior di antara staf Muslim yang menyokong Rhodes. Sebelum di posisi ini, dia bekerja untuk orang kepercayaan Obama, Valerie Jarret.

Dia lahir di Gaithersburg, pinggiran Kota Washington, dari orangtua berdarah Bangladesh. Rumana mengaku semula tak punya niat berkarier di pemerintahan AS.

Namun semua arah hidupnya berubah pada 2008. Saat melihat Obama, yang kala itu menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, berbicara tentang harapan dan perubahan.

Pesan yang dibawa Obama itu menggerakkan dirinya menjadi pekerja sosial. Pada 2009 dia kemudian diangkat menjadi staf kantor kepresidenan, menangani masalah surat-menyurat.

Dia kemudian menangani masalah masyarakat, dalam Program Champions of Change. Di sinilah dia banyak belajar. Dia banyak belajar tentang masalah yang dihadapi warga di AS.

Melalui karya-karyanya di Gedung Putih, dia terus bersentuhan dengan orang-orang yang punya semangat membangun negeri. Aktivitas di Gedung Putih itu juga membawa dia bersentuhan langsung dengan komunitas Muslim.

“Itu benar-benar menarik,” kata Rumana, sebagaimana dikutip Dream dari laman Al Arabiya, Jumat 11 Maret 2016.

“Karena aku harus mengangkat suara dan meyakinkan orang, seperti di buka puasa dan makan malam bersama Presiden tahun lalu.”

Dia memang mengakui tak mudah hidup sebagai seorang Muslim di AS. Apalagi setelah peristiwa teror Gedung World Trade Center tahun 2001 silam. Sejak itu, umat Muslim AS banyak menerima diskriminasi.

Tapi, diskriminasi itu malah mendorongnya untuk mengenakan hijab. “Saya mulai mengenakanhijab di sekolah umum dan setelah 9/11 saya melalui segala bully, semua pelecehan. Jujur, saya tak pernah mempedulikan tentang itu.”

Dan saat ini, dia telah berada di Gedung Putih. Bagi Rumana, inilah bukti bahwa perempuan berhijab juga punya prestasi, meski harus melewati tantangan yang tak mudah.

“Saya benar-benar merasa diberdayakan sebagai hijaber, sebab saya pikir orang datang ke saya untuk bertanya tentang cara pandang saya, sebab mereka tahu bahwa saya membawa cara pandang berbeda.”

“Ben, bos saya, telah memberi saya kesempatan untuk berdiri di hadapan Presiden. Setiap saat saya di sana, saya tetap kagum sebab berdiri sebagai seorang hijaber.”


dreamdotcodotid

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Seorang Hijaber Menjadi Orang Penting di Gedung Putih"

Post a Comment